indonesaEnglish

STASIUN - Halaman Ini Masih Dalam Proses Pengerjaan !



TEKNIK PEMETAAN
Pemetaan Jalur Kereta api Pada Direltori Kami dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

A. Jalur Kereta dan Stasiun Aktif

1. Untuk Jalur kereta api dan stasiun aktif, sumber informasi utama adalah dari data spasial jaringan kereta api yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan RI dalam bentuk Map Services yang dapat diunduh datanya (format KML,JSON,SHP). Kami membaginya Jalur Kereta Api berdasarkan Daerah Operasi Kereta Api Indonesia  - DAOP KAI

2. Data ini kemudian di verifikasi dan dikoreksi di dalam perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (ArcGIS Desktop, ArcGIS Pro, Quantum GIS, SasPlanet)  menggunakan data koordinat hasil tracking GPS (tipe navigasi dan mapping) di lapangan (naik kereta api atau kunjungan ke stasiun) atau dengan melihat posisinya dari layanan citra satelit online (google, Bing, Yahoo, Mapbox, Nokia HERE, dan lain-lain sejauh tersedia citra satelit resolusi tinggi di lokasi kajian). 

B. Jalur Kereta dan Stasiun Non Aktif

1. Untuk Jalur Kereta api dan Stasiun Non Aktif, sumber informasi utama adalah Peta Topografi Digital Jaman Kolonial Pemerintah Hindia Belanda yang tersedia. 

2. Proses pemetaan jalur kereta dilakukan secara On Screen Digitizing di software GIS . Mengingat Peta Topografi Belanda tidak dapat diunduh, makan basemap yang digunakan adalah Citra Satelit Online, kemudian digitasi dilakukan diatas citra satelit dengan mendasarkan kenampakan baik dari tapak/bekas railbed, jalan, pola permukiman, pola vegetasi yang nampak di citra (biasanya bekas jalur kereta menunjukkan pola yang spesifik) dan dijustifikasi dengan gambar jalur rel yang terlihat pada Peta Topografi dari Universitas Leiden. Kebetulan sebagian besar jalur non aktif (yang jaringan rel-nya sudah tidak ada) tapak-tapaknya masih terlihat jelas di citra. Adapun untuk jalur kereta tram yang bersisian dengan jalan raya, proses interpretasinya adalah dengan cara melihat asosiasinya dengan jalan (cara ini mungkin tidak terlalu presisi) karena kebanyakan jalur tram sudah terkena pelebaran jalan sehingga sulit dilihat tapaknya di citra satelit.  

3. Untuk stasiun non aktif yang bangunannya masih ada, posisi stasiun biasanya dapat diketahui dari Citra satelit online, sedangkan untuk stasiun non aktif yang bangunannya sudah hilang, posisinya dapat diperkirakan dari Peta Topografi Belanda ditambah informasi jarak antar stasiun dari Buku Jarak Antar Stasiun versi tahun 2004. 

4. Hasil pemetaan jalur kereta dan lokasi stasiun diverifikasi dan dikoreksi melalui Survei Lapangan (Blusukan) menggunakan GPS atau mendasarkan pada informasi survei lapangan yang telah dilakukan dan publikasi blusukan jalur kereta yang ada di Internet. 



DISCLAIMER

1. Pemetaan jalur kereta api Pulau Jawa dan Sumatera yang ada pada direktori ini didasarkan atas kecintaan pada dunia Pariwisata dan Perkeretaapian di Indonesia,  serta bertujuan untuk menginformasikan kepada Pembaca ketika ia menjelajahi Destinasi Wisata Terbaik Indonesia.

2. Pemetaan ini tidak ditujukan untuk skala detil, sehingga jalur kereta single track dan double track tidak dibedakan dalam garis terpisah, termasuk jalur cabang langsir/stabling di setiap stasiun, kecuali jalur cabang yang dirasa penting (yaitu cabang ke berbagai pabrik atau cabang ke fasilitas penting lain). 

3. Kesalahan posisi pemetaan (position error) mungkin masih banyak terjadi, mengingat teknik pemetaannya sebagian besar tidak dilakukan secara tracking/ploting langsung di lapangan menggunakan GPS. Akurasi posisi di data ini sangat tergantung pada akurasi peta dasar, data sekunder yang digunakan dan kejelian dalam proses interpretasi/digitasi. 

4. Pengguna diperbolehkan untuk mengambil data yang telah dihasilkan melalui Direktori Kami, namun penggunaannya hanya diperbolehkan sejauh hanya untuk gambaran informasi jalur kereta dan stasiun yang pernah ada dan masih ada di Pulau Jawa, dan. Pengguna tidak diperkenankan untuk menggunakan data ini untuk kepentingan pemetaan yang bersifat resmi (official) dan detail mengingat hal tersebut adalah kewenangan PT. Kereta Api Indonesia dan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id


Jalur Kereta Api Commuter Line
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Barat - Timur, Selatan - Utara



STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api di sekitar Kota Jakarta (1869 - Sekarang)

Sejarah perkeretaapian di Jakarta dimulai pada tanggal 15 Oktober 1869, dimana pada tanggal tersebut, Jalur Kereta yang menghubungkan Jakarta dan Bogor dimulai pembangunannya oleh NIS. Jalur yang pertama kali dibangun adalah Rute Kleine Boom/ Pasar ikan ke Koningsplein (Gambir) sepanjang 9,2 Km, melewati Stasiun Kleine Boom, Stasiun Batavia NIS/Batavia Noord (posisinya di samping utara Gedung BNI 46 sekarang), Halte Noordwijk (sekarang Stasiun Juanda), dan berakhir di Halte Koningsplein (sekarang Stasiun Gambir). Pembangunan kemudian dilanjutkan pada tahun 1872 dari Koningsplein ke Stasiun Jatinegera/Meester Cornelis NIS (sekarang menjadi Dipo Bukit Duri), melewati Halte Kebonsirih dan Pegangsaan. Pembangunan jalur NIS ke bogor ini baru diselesaikan pada tahun 1873 dimana jalur dari Meester Cornelis NIS berhasil disambungkan sampai Buitenzorg/Bogor melewati Halte Pasar Minggu, Lenteng Agung, Pondok Cina, Depok, Citayam, Bojonggede, dan Cilebut. 

Perkembangan baru di Batavia dimana Pelabuhan yang tadinya di Muara Sunda Kelapa dipindahkan ke Tanjung Priok maka Jalur ke Tanjung Priuk pun dibangun pada Tahun 1877 melewati Kampung Bandan dan Ancol oleh StaatSporwegen (SS). 

NIS yang mendapat banyak keuntungan dari Jalur Batavia - Buitenzorg merangsang perusahaan lain untuk membuka jalur lain di Batavia, yaitu BOS (Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij) yang membangun jalur dari Stasiun Batavia BEOS/Batavia Zuid (Stasiun Jakarta Kota sekarang) melintasi Halte Kemayoran, Pasar Senen, Meester Cornelis BOS (Stasiun Jatinegara sekarang), Klender, Bekasi sampai Kedunggede pada tahun 1887-1891. 

NIS dan BOS mengalami kesulitan dana yang menyebabkan mereka menjual pengelolaan jalur yang mereka kuasai kepada SS (diselesaikan tahun 1913), yang kemudian melanjutkan pembangunan ke arah timur hingga Karawang dan arah barat hingga ke Anyer (termasuk percabangan dari Stasiun Duri ke Tangerang). Akuisisi oleh SS ini membawa konsekuensi penutupan beberapa jalur yang dirasa tidak efektif, seperti dari arah Pasar Ikan, Selain itu juga dilakukan penyambungan jalur dan pemindahan jalur seperti rute awal BOS dari Cikini ke Tanah Abang (melewati Bunderan HI sekarang) dipindah ke selatan (jalur eksisting sekarang), pembangunan Stasiun sentral Manggarai, Jatinegara dan Gambir, penghapusan Stasiun Batavia Noord dan lain-lain. 

Pada tahun 1923 sebagian jalur mulai dilakukan elektrifikasi agar dapat dilalui Kereta api Listik, mulai dari jalur Tanjung Priok (seiiring pembangunan Stasiun Baru Tanjun Priok) - Jatinegara, dan diselesaikan untuk seluruh Jakarta pada Tahun 1927. 

Selain kereta jarak jauh (Spoorweg), di Kota Jakarta/Batavia juga dikembangkan jalur trem mulai Tahun 1869 yang pada awalnya ditarik menggunakan Kuda. Trem kuda digantikan trem uap pada tahun 1881, yang lalu digantikan Trem listrik pada Tahun 1999, dan akhirnya ditutup jalurnya di awal Tahun 1960 oleh Presiden Sukarno karena dianggap mengganggu lalu lintas. 

Perkembangan perkeretapian yang cukup berarti pasca kemerdekaan Indonesia antara lain, pembangunan jalur layang antara Manggarai sampai Jakarta Kota di tahun 1988 dan diselesaikan di Tahun 1992, Pembangunan jalur ini turut mengubah bentuk dan memindahkan beberapa Stasiun seperti Juanda, Gambir, Gondangdia, Cikini, Sawah Besar, dan mematikan beberapa Stasiun seperti Salemba dan Pegangsaan, serta menonaktifkan beberapa cabang seperti jalur Cabang Cikini - Salemba - Kramat. 

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Manggarai - Bogor
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Utara - Selatan


STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api NIS/SS/KAI Manggarai - Bogor 
(1869 - sekarang)

Jalur Kereta Api Manggarai - Bogor adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Manggarai di Jakarta dan Stasiun Bogor di Kota Bogor, Jawa Barat. Jalur kereta ini melintasi antara lain Kota Depok dan wilayah Cibinong yang sekarang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Jalur ini dibangun oleh NIS pada tahun 1869 dan diselesaikan pada tahun 1873. Pada awalnya lebar rel yang akan digunakan adalah standar gauge seperti jalur Semarang - Solo - Yogyakarta milik NIS, tapi kemudian diubah oleh Pemerintah Hindia Belanda menjadi cape gauge dan berlanjut sampai sekarang.

Pada awalnya jalur ini merupakan jalur utama kereta api lintas selatan yang menghubungkan Jakarta dan Yogyakarta melalui Bogor dan Bandung (sebelum jalur milik SS ke Cirebon dan Kroya dibangun). Konfigurasi jalur nya sendiri juga belum seperti sekarang, ketika dibangun pertama kali, Stasiun Manggarai belum dibangun, sehingga rute yang ada adalah dari Halte Pasar Ikan - Stasiun Batavia NIS (Batavia Noord/sekarang menjadi tempat parkir BNI 46) - Halte Sawah Besar - Halte Noordwijk (Juanda) - Halte Koenigsplein (Gambir, tapi waktu itu Stasiun Gambir belum dibangun) - Stasiun Meester Cornelis NIS ( sekarang Dipo Bukit Duri) - Halte Pasar Minggu - Halte Lenteng Agung - Halte Pondok Cina - Halte Citayam - Halte Bojonggede - Halte Cilebut - Stasiun Bogor NIS (posisinya di timur Stasiun Bogor sekarang yang dibangun SS). Kemudian pada tahun 1913 seiring dengan pengalihan pengelolaan jalur kereta api di Batavia dan sekitarnya, dimana aset dan jalur milik BOS dan NIS diakuisisi oleh SS, maka konfigurasi jalur pun diubah, Sebelumnya dan pada saat yang bersamaan, SS telah membangun beberapa stasiun baru seperti Manggarai (tahun 1914) dan Bogor SS ( tahun 1881, dilanjutkan pembangunan jalur Bogor - Sukabumi) yang warisannya berlanjut sampai sekarang.

Saat ini, jalur dikelola oleh PT KAI DAOP 1 Jakarta dan melayani berbagai jenis angkutan kereta mulai dari angkutan penumpang jarak jauh, angkutan barang dan angkutan commuter berbasis kereta listrik (KRL Commuter Line). Lintas Bogor - Manggarai bahkan disterilkan dari angkutan penumpang jarak jauh dan hanya melayani angkutan barang (Semen, air kemasan) dan angkutan komuter. Keberadaan stasiun dan halte juga berkembang antara lain dengan dibangunnya stasiun baru seperti Tebet, Cawang, Duren Kalibata, Pasar Minggu Baru, Tanjung Barat, Universitas Pancasila, Depok Baru dan Universitas Indonesia. Selain stasiun yang ada sekarang, dulu juga pernah ada dua buah halte yang sekarang sudah hilang, yaitu halte Pondok Terong dan Halte Kebon Pedes. Ke depan direncanakan diantara Stasiun Cilebut dan Bogor akan dibangun stasiun baru bernama Sukaresmi yang fungsinya antara lain untuk stabling rangkaian KRL yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Beberapa stasiun tua juga mengalami pembongkaran dan renovasi sehingga bangunan aslinya sudah hilang seperti Stasiun Pasar Minggu, Lenteng Agung, Pondok Cina dan Depok. Adapun stasiun tua yang masih utuh bangunan aslinya adalah Stasiun Citayam, Bojonggede dan Cilebut.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Bogor - Padalarang
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Barat - Timur


STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api SS/KAI Bogor - Padalarang 
(1882 - Sekarang)

Jalur kereta api Bogor - Padalarang adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Bogor di Kota Bogor dan Stasiun Padalarang di Kabupaten Bandung Barat melintasi Kota Sukabumi dan Kota Cianjur. Jalur ini adalah bagian dari lintas selatan Pulau Jawa yang pada akhir abad ke 19 merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta dan Yogyakarta. Dalam perjalanannya jalur ini sering mengalami proses aktif - non aktif yang disebabkan antara lain sarana dan prasarana perkereta apian yang kurang terawat dan kerawanan bencana yang tinggi, utamanya longsor. Saat ini jalur dikelola oleh PT KAI DAOP 1 mulai dari Bogor sampai Sukabumi dan DAOP II mulai dari Sukabumi sampai Padalarang.

Pelayanan kereta di jalur ini pada masa PT. KAI dilayani oleh Kereta api lokal Bumi Geulis dari Bogor ke Sukabumi dan Kereta Api Lokal Cianjuran dari Sukabumi ke Padalarang. Adanya kejadian longsor di Lampegan pada tahun 2001 menyebabkan layanan kereta dari Sukabumi ke Bandung dihentikan dan menyusul dari Bogor ke Sukabumi pada tahun 2006, sehingga praktis dari tahun 2006 jalur ini berstatus non aktif. Tingginya animo masyarakat kemudian menggugah PT.KAI untuk mengaktifkan kembali petak Bogor - Sukabumi pada tahun 2008, namun kembali dihentikan operasinya sekitar tahun 2010-2011 akibat kerusakan rangkaian kereta dan tidak ada rangkaian cadangan. Reaktivasi jalur ini baru dilakukan pada akhir tahun 2013 dengan adanya pelayanan Kereta Api Pangrango/Siliwangi dari Bogor ke Sukabumi, yang kemudian diperpanjang ke Cianjur pada pertengahan 2014 dengan perjalanan 3x setiap hari. Sedangkan untuk petak Cianjur ke Padalarang awalnya akan diaktifkan pada tahun 2014 dan dilayani oleh Kereta Kian Santang, namun karena adanya longsor di Cisokan sehingga harus mundur dan sampai pertengahan 2015 masih belum ada kejelasan kapan akan diaktifkan kembali.

Dalam sejarahnya, jalur ini dibangun oleh StaatsSpoorwegen (SS) pada tahun 1882 sebagai kelanjutan pembangunan Jalur Kereta api Jakarta - Bandung yang diinisiasi oleh NIS. Namun karena NIS mengalami kesulitan keuangan pada tahun 1875 sebagai ekses pembangunan jalur kereta Jakarta - Bogor, maka pemerintah Hindia membentuk SS dan melanjutkan pembangunan jalur ke arah Bandung. Jalur Bogor - Bandung praktis terhubung pada tahun 1884.

Adapun untuk jumlah dan perkembangan Stasiun sejak masa kolonial sampai sekarang, sebagian besar masih utuh dan mempertahankan bentuk bangunan asli (walaupun beberapa stasiun sudah dinonaktifkan),kecuali satu halte yang sudah hilang di peta antara Paledang dan Batutulis, yaitu pemberhentian Tanjakan Empang.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Jatinegara - Cikampek
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Barat - Timur


STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api BOS/SS/KAI Jatinegara - Cikampek (1887 - Sekarang)

Jalur Kereta api Jatinegara - Cikampek merupakan jalur keretaapi double track yang menghubungkan Stasiun Jatinegara di Kota Jakarta Timur dan Stasiun Cikampek Kabupaten Karawang. Jalur ini merupakan bagian dari Jalur utama Lintas Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta ke Surabaya melalui Semarang. Selain untuk perjalanan Kereta Api Jarak Jauh, sebagian jalur ini, yaitu antara Stasiun Jatinegara sampai Stasiun Bekasi juga melayani angkutan komuter lokal berbasis listrik (KRJ Commuter Blue Line). Jalur komuter listrik rencananya akan diperpanjang sampai ke Stasiun Cikarang pada tahun 2016. Sebagian jalur ini (dari Jatinegara - Bekasi) saat ini sedang dibangun dua jalur tambahan untuk memisahkan jalur KRL dan KAJJ dan jika nanti telah selesai, akan menjadi jalur Kereta Quadruple Track pertama di Indonesia.

Jalur ini pada awalnya dibangun dan dioperasikan oleh Perusahaan BOS (Batavia Oosterj Spoorweg Maatschappij) pada tahun 1887 dari Jakarta (Stasiun terminusnya di Stasiun Batavia BOS) sampai ke Stasiun Bekasi, dan kemudian dilanjutkan ke Stasiun Kedunggedeh yang selesai pada tahun 1891, dan ke Karawang pada Maret 1898. Karena mengalami kesulitan keuangan, Maskapal ini kemudian dibeli oleh Perusahaan Kereta api Negara StaatsSpoorwegen (SS) pada Agustus 1898 dan kemudian SS melanjutkan pembangunan jalur ini sampai ke Cikampek-Purwakarta-Bandung yang diselesaikan tahun 1906, dan menjadi rute kedua Jakarta - Bandung setelah rute pertama yang melalui Bogor dan Sukabumi.

Jumlah dan perkembangan Stasiun dari awal pembangunannya hingga sekarang juga terdapat dinamika yang signifikan. Stasiun/pemberhentian yang telah ada pada masa kolonial (kemungkinan) antara lain Stasiun Jatinegara, Cipinang, Klender, Cakung, Kranji, Bekasi, Tambun, Cikarang, Lemahabang, Rengasbandung, Kedunggedeh, Karawang, Warungbambu, Klari, Kosambi, Dawuan dan Cikampek. Kemudian pada masa Pemerintah Republik Indonesia di jalur ini dibangun beberapa stasiun antara lain Klender Baru, Buaran, Rawabebek, dan Cibitung. Namun demikian Stasiun Rawabebek dan Cibitung saat ini telah dinonaktifkan dan akan dibangun dan diaktifkan kembali setelah pembangunan jalur kereta Quadruple Track (4 Jalur) Jatinegara - Bekasi selesai. Adapun di petak Bekasi - Cikampek, terdapat dua buah halte yang sekarang sudah hilang yaitu Warungbambu dan Rengasbandung.


Di jalur ini juga terdapat beberapa percabangan, antara lain percabangan dari Stasiun Dawuan ke PT. Pupuk Kujang yang saat ini sudah nonaktif dan tiga buah percabangan (mungkin dulunya untuk angkutan pasir Sungai Citarum) di Stasiun Kosambi, Stasiun Klari dan Halte Warungbambu. Dari penelusuran peta kolonial juga didapat petunjuk bahwa dulunya jalur di Kota Karawang berada di sebelah kiri dari jalur sekarang, termasuk posisi stasiun juga berbeda dengan posisi sekarang  Jadi ada dua Stasiun di Karawang, Karawang Lama (kemungkinan milik BOS dan berada disekitar Jalan Dewi Sartika) dan Stasiun Karawang Baru (milik SS dan eksis hingga sekarang) di sebelah utaranya. Penulis belum menemukan literatur yang menceritakan perpindahan jalur di Karawang ini, namun kalau melihat Tahun penerbitan peta, kemungkinan dilakukan setelah tahun 1912.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Cikampek - Cirebon
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Barat - Timur


STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api SS/KAI Cikampek - Cirebon (1912 - Sekarang)

Jalur Kereta Api Cikampek - Cirebon adalah jalur kereta api double track (yang menghubungkan Stasiun Cikampek Kabupaten Karawang dan Stasiun Cirebon Kejaksan Kota Cirebon. Jalur ini merupakan bagian dari lintas utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya melalui Semarang. Keretaapi dari jalur selatan yang akan ke Jakarta juga sebagian besar melalui jalur ini dari Cirebon. Saat ini jalur ini dikelola oleh PT. KAI DAOP III Cirebon.

Jalur ini dibangun oleh StaatsSpoorwegen dan diresmikan pada Bulan Juni 1912 bersamaan dengan dimulainya pembangunan jalur milik SS ke arah Kroya. Pada awalnya jalur ini belum tersambung ke Jalur Cirebon - Semarang milik Maskapal SCS (Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij) yang mempunyai terminus di Stasiun Cirebon Prujakan, namun pada tahun 1914 dicapai kesepakatan antara SS dan SCS untuk menyambungkan Stasiun Cirebon Kejaksan (SS) dan Stasiun Cirebon Prujakan (SCS) sehingga proses transit penumpang dapat lebih mudah. Seiring dengan dengan peleburan Maskapal perkeretaapian di masa kemerdekaan di bawah DJKA (sekarang PT. KAI), maka angkutan dari Semarang dan Surabaya dapat dilakukan secara langsung.

Dalam perkembangannya, dari sejumlah Stasiun dan Halte di jalur ini, sebagian kemudian dinonaktifkan dan hilang bangunannya, diantaranya Stasiun Gambarsari, Cipicung, Cipedang, Sukamelang, Purwantara, Kaliwedi dan Tegalgubug. Stasiun Kaliwedi merupakan salah satu stasiun yang terakhir dinonaktifkan (sebagai imbas dari pembangunan jalur ganda Cikampek - Cirebon) dan saat ini masih tersisa bangunannya, walaupun kondisinya memprihatinkan. Stasiun besar di jalur ini antara lain Cikampek, Haurgeulis, Jatibarang dan Cirebon Kejaksan. Saat ini di Stasiun Tanjungrasa sedang dibangun shortcut ke arah Stasiun Cibungur di petak Cikampek-Purwakarta, sehingga nantinya kereta api dari arah Bandung ke Semarang melalui Cirebon tidak perlu melakukan langsiran di Stasiun Cikampek.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Cirebon - Tegal
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Barat - Timur



STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api SCS/KAI Cirebon - Tegal (1897 - Sekarang)

Jalur kereta api cirebon - tegal adalah jalur kereta api yang menghubungkan Kota Cirebon Jawa Barat dan Kota Tegal Jawa Tengah. Jalur ini adalah bagian dari lintas utara Pulau Jawa dan dikelola oleh PT. KAI DAOP III Cirebon dan DAOP IV Semarang. Pada awalnya, jalur ini dibangun oleh Maskapal Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij pada tahun 1897 dari Cirebon sampai Semarang (jalur tram pinggir jalan raya). Pada awalnya, setelah Stasiun Mundu jalur ini berbelok ke selatan ke arah ciledug dan berbelok kembali ke utara di Stasiun Losari lama. Jalur cabang ini dibangun untuk memfasilitasi angkutan produk pabrik gula di sekitar ciledung, karangsuwung, sindanglaut dan jatipiring. Sekitar dua puluh tahun kemudian SS juga membangun jalur Cirebon - Kroya yang melewati Ciledug sehingga di daerah yang sama bisa ada dua stasiun, misalnya di Sindanglaut ada Stasiun milik SCS dan ada Stasiun milik SS. Kemudian baru pada tahun 1915 dibangun jalur shortcut dari Waruduwur ke arah timur dan berujung di Stasiun Losari (dan sekarang menjadi bagian dari jalur lintas utara jawa dari Cirebon ke Brebes).

Diantara Tegal dan Brebes, dulunya jalur ini berada di pinggir jalan raya (sekarang menjadi jalur Pantura) namun kemudian dibangun jalur baru di sebelah selatannya pada tahun 1917. Untuk jalur di Waruduwur - Ciledug - Losari saat ini sudah tidak banyak yang tersisa termasuk bangunan stasiun. Sedangkan jalur utama masih aktif sampai sekarang. Dari sejumlah stasiun yang dibangun pada masa SCS sampai sekarang, beberapa stasiun sudah dinonaktifkan dan kebanyakan hilang kecuali Stasiun krandon yang masih tersisa bangunannya, Stasiun Losari lama (Stasiun Losari baru 400 meter disebelah barat Stasiun lama) dan Stasiun Bulakamba yang belum lama dinonaktifkan setelah Jalur ini diselesaikan upgrade ke Double Track pada tahun 2013-2014.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id

Jalur Kereta Api Tegal - Prupuk
Temukan Beberapa Stasiun Besar Kereta Api Indonesia
Petunjuk Pencarian Stasiun
Lakukan Pencarian Dari Arah Utara - Selatan



STASIUN TERKAIT

Jalur Kereta Api JSM/SCS/KAI Tegal - Prupuk (1886- sekarang)

Jalur Kereta Api Tegal Prupuk adalah jalur kereta api aktif yang menghubungkan Kota Tegal dan Kota Prupuk Kabupaten Brebes melalui antara lain Kota Slawi. Pada awalnya, jalur ini dibangun oleh Perusahaan Javaasche Stoomtram Maatschappij (JSM) dari Tegal ke Slawi dan berakhir di Balapulang tahun 1886. Kemudian pada tahun 1897 jalur ini diakuisisi oleh Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) dan jalurnya diperpanjang sampai Prupuk yang diresmikan tahun 1918 (bersamaan dengan pembangunan jalur Cirebon - Kroya milik SS). Jalur ini merupakan salah satu jalur aktif yang tidak terlalu ramai, dimana setiap harinya jumlah kereta yang melintas tidak terlalu banyak dibandingkan jalur lain. Saat ini jalur ini dikelola oleh PT. KAI Daop V Purwokerto dan Daop IV Semarang. Dahulu di masa kejayaan Lokomotif uap jalur ini termasuk jalur ramai dan mempunyai banyak stasiun/halte, tapi kini hanya tinggal Stasiun Margasari, Balapulang, Slawi dan Banjaran yang masih aktif. Sisa stasiun lain sudah hilang bangunannya kecuali Stasiun Kudaile yang masih utuh dan digunakan sebagai Toko Bunga. Beberapa pabrik gula yang memanfaatkan jalur ini di masa lalu antara lain PG. Adiwerna, PG. Balapulang, dan PG. Pagongan.

Source :
http://javarailmaps.blogspot.co.id
Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA