indonesaEnglish


Sabtu, 31 Oktober 2015

Budaya Maluku Utara

Sabtu, 31 Oktober 2015

1. Rumah Adat


Rumah adat Maluku Utara hampir sama dengan rumah adat di Maluku yaitu rumah adat Baileo. Rumah adat Maluku Utara ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah bagi masyarakat dan pemuka-pemuka adatnya. Selain itu sebagai tempat upacara adat seniri negeri. Rumha adat Maluku Utara berbentuk rumah panggung dengan bentuknya yang persegi. Terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan gaba-gaba atau semacam tangkai rumbia sebagai dinding rumahnya. Atap rumah adat ini dibuat agak besar dan tinggi dari bahan rumbia. Selain ini dibuat juga beranda atau teras pada bagian depan rumah.




















2. Seni Tradisional

Tari Soya -Soya Maluku Utara

Tari Lenso
Tari Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi Utara. Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Beberapa sumber menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku. Sedangkan sumber lain menyebut tari ini berasal dari Minahasa. Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, dimana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh masyarakat di daerah Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur. Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan selendang diterima berarti persetujuan


Tari Soya - soya
Tari soya-soya  adalah tarian khas Maluku Utara yang diciptakan untuk menyambut prajurit  atau pasukan setelah bertempur di medan perang. Kata ‘soya-soya’ sendiri bermakna ‘semangat pantang’. Tarian ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, lo! Tarian ini menggambarkan perjuangan masyarakat Kayoa, di Kabupaten Halmahera Selatan di zaman dahulu. Di tahun 1570-1583 terjadi penyerbuan ke Benteng Nostra Senora del Rosario (Benteng Kastela), diujung Selatan Ternate oleh Sultan Babullah (Sultan Ternate ke-24) dan pasukannya. Penyerbuan ini bertujuan untuk mengambil jenazah ayah handa Sultan Babullah, yaitu Sultan Khairun yang dibunuh oleh tentara Portugis. Pertempuran itu menandai kebangkitan perjuangan rakyat Kayoa terhadap penjajah dengan mengepung benteng tersebut selama 5 tahun pada akhir abad ke-16.

Nah, Tarian Soya-soya  waktu itu untuk mengobarkan semangat pasukan setelah meninggalnya Sultan Khairun pada 25 Februari 1570. Saat itu, Tarian Soya-soya dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis hingga jatuhnya tahun 1575. Pada masa berikutnya Kesultanan Ternate menjadi penguasa 72 pulau berpenghuni di wilayah timur Nusantara hingga Mindanao Selatan di Filipina dan Kepulauan Marshall. Pakaian yang dikenakan dalam tarian ini adalah pakaian berwarna putih dan kain sambungan mirip rok berwara-warni, yaitu merah, hitam, kuning, dan hijau. Setiap penari mengenakan ikan kepala waena kuning (taqoa) yang merupakan symbol seorang prajurit perang. Perlengkapan yang digunakan adalah berupa pedang (ngana-ngana) dari bambu berhiaskan daun palem (woka) berwarna merah, kuning dan hijau, serta dipasangkan kerincing atau biji jagung di dalamnya. Selain itu, para penari juga membawa perisai (salawaku).

Musik pengiring tarian ini adalah gendang (tifa), gong (saragai), dan gong yang berukuran kecil (tawa-tawa). Gerakan di tarian ini menggambarkan terlihat seperti menyerang, mengelak dan menangkis. Jumlah penari soya-soya sendiri tidak ditentukan. Bisa hanya empat orang dan bahkan hingga ribuan penari. Masyarakat Maluku Utara sangat menjaga kelestarian tarian ini. Oleh karena itu, anak-anak di wilayah Maluku Utara sudah diajari Tari Soya-soya  sejak kecil.

Tari Katreji
Tari Katreji dimainkan oleh wanita dan pria. Saat memainkan Tarian ini diiringi berbagai alat musikseperti biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar.

Alat Musik Toto Buang dan Kulit Bia


Alat Musik Toto Buang, alat musik ini merupakan serangkaian gong-gong yang kecil bentuknya dan biasanya di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Sedangkan alat musik Kulit Bia merupakan alat musik tiup yang terbuat dari Kulit Kerang.

3. Senjata Tradisional


Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah Parang Salawaku. Panjang parang 90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya) dihiasi dengan motif motif yang melambangkan keberanian. Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gupasa. Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu yang keras pula. Selain untuk keperluan perang, parang salawaku dipakai pula dalam menarikan tari Cakalele.
















4. Pakaian Adat

Pakaian Manteren Lamo (Sultan) adalah pakaian adat tradisional Maluku Utara yang terdiri atas celana panjang hitam dengan bis merah memanjang dari atas ke bawah, baju berbentuk jas tertutup dengan kancing besar terbuat dari perak berjumlah sembilan . Sementara itu, leher jas, ujung tangan, dan saku jas yang terletak di bagian luar berwarna merah. Pakaian adat Maluku Utara pada pria mengenakan kemeja berenda-renda yang dilapisi dengan pakaian luar berupa jas berwarna merah atau hitam dan berlengan panjang. Pada bagian bawahnya memakai celana panjang model cutbray dan dilapisi ikat pinggang. Sedangkan pakaian adat pada wanita memakai kebaya pendek bersuji dan berkanji. Dilengkapi dengan perhiasan anting, kalung panjang dan cincin. Bagian bawahnya mengenakan rok.


Suku Tidore Propinsi Maluku Utara

5. Suku
Suku Module, Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore,Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gne, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Sahu, Suku Arab, Eropa

- Suku terbanyak yang menempati Propinsi Maluku Utara Suku Ternate (Sekitar 40%) yang lainnya mempunyai jumlah seimbang menempati wilayah Propinsi Maluku Utara. 

6. Bahasa Daerah
Karena provinsi Maluku Utara memiliki banyak sekali pulau, di sini juga terdapat berbagai macam bahasa. Tapi bahasa yang dipakai di Maluku adalah jenis Bahasa Melayu Ambon, yang masih satu dialek bahasa Melayu.
Berikut ini nama-nama bahasa yang berasal dari Maluku Utara
- Bahasa Seti ada di daerah suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur 
- Bahasa Alune ada di daerah Seram Barat 
- Bahasa Nuaulu dipakai oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih
- Bahasa Wamale ada di daerah Seram Barat

7. Lagu Daerah
- Lagu Borero
- Moloku Kie Raha
- Dana Dana


















ENSIKLOPEDI LAINNYA



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA