indonesaEnglish


Senin, 14 Januari 2013

Romantisme Habibie dan Ainun

Senin, 14 Januari 2013


Bertemu yang dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun
Alunan budaya Jawa bernafaskan Islam, menjadikan kita suami isteri
Melalui pasang surut kehidupan, penuh dengan kenangan manis
Membangun Keluarga Sejahtera, Damai dan Tenteram, Keluarga Sakinah


Geliat perfilman Indonesia kian marak dengan hadirnya film-film berkualitas yang dihasilkan oleh para sineas muda Indonesia. Setelah baru-baru ini kita dibuat kagum oleh aksi Iko Uwais, Joe Taslim dalam film The Raid dan Ario Bayu, Wulan Guritno dalam Film  Dilemma. Di mana kedua film ini memenangkan beberapa penghargaan seperti Festival Film Cannes dan masuknya The Raid sebagai 20 Film terlaris di Amerika. Kini dalam tiga pekan ini ada dua film yang masuk kedalam jajaran film Box Office Indonesia dengan menyedot hampir tiga juta penonton yang terhibur dengan hasil sineas muda kita. 5 CM dan Habibie & Ainun adalah kedua film itu.

Ketika perjalanan pulang takziyah bersama istri saya, saya sudah merencanakan untuk menonton kedua film tersebut. Mumpung di Madiun, kota di mana saya tinggal ada sebuah bioskop yang bukan termasuk jaringan 21, XXI, atau Blitz Megaplex yang menayangkan kedua film itu. Akhirnya saya masuk ke lokasi itu yang berada di Sebuah Plaza di mana dahulu terdapat Giant Supermarket, tapi sekarang sudah tidak ada karena kabarnya sebentar lagi Plaza itu akan tutup. Ketika menuju ke bioskop tepatnya di lantai empat dari Plaza tersebut. saya bertanya dalam hati (apa benar ada film baru yang diputar di sini). Ketika sampai di sana ternyata benar oarang-orang sudah banyak yang ngantri. Ternyata cuman ada satu studio yaitu pemutaran film Habibie & Ainun. Sedangkan film 5 CM, bertulis "Coming Soon"/ segera tayang. Saya begitu senang ternyata Film Habibie & Ainun yang terlebih dahulu diputar. Bukan karena ada adegan ciumannya antara Habibie & Ainun tetapi karena sebelumnya saya sudah membaca referensi buku Habibie & Ainun yang berkisah tentang perjalanan cinta dan romantisme dari mereka berdua. Dalam hati saya, saya bertanya kembali apakah saya akan terharu dan mengeluarkan air mata lagi ?, ketika membaca bukunya saya sudah banyak mengeluarkan air mata, apalagi ini dalam bentuk film, yang menceritakan tentang kehidupan cintanya. Lalu saya mengantri untuk membeli tiket dan benar waktu saya menonton adalah pukul 15.30-17.30. Harap dimaklum Madiun adalah kota kecil dan hanya ada satu bioskop yang mengakomodir para pencinta film untuk menonton di Bioskop, dan itupun saya kaget karena Bioskop ini biasa menayangkan film-film jadul yang tidak Up To Date dan mengalami proses cutting sana-sini, biasanya tunggu 2 - 3 bulan dari buangan film bioskop jaringan Blitz Megaplex, XXI atau 21. Dan ini kesempatan menurut saya daripada saya harus pergi ke Solo untuk menonton film yang sudah saya rencanakan ini. Tak salah rasanya aku menonton film ini.

Habibie - Ainun merupakan film terbaik saat ini bahkan menurut saya bisa dikatakan terbaik sepanjang masa bagi perfilman Indonesia. Film yang baru tiga pekan ini sudah menjual tiket hampir ke tiga juta penonton, diambil dari Buku Sejarah nyata yang ditulis oleh B.J Habibie sendiri, dan merupakan suami dari Ainun. Film ini disutradarai oleh Faozan Rizal. Beliau merupakan Director Of Photography dari film-film besutan Hanung Bramantyo. Diperankan oleh Reza Rahardian sebagai Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun untuk peran utamanya. Film ini sangat menggugah rasa cinta, ketulusan, dan keikhlasan kita untuk mencintai istri, keluarga dan bangsa kita. Film ini berkisah tentang perjalanan sulit yang berakhir indah dari kedua pasangan ini. Habibie sebagai seorang suami dari Ainun banyak diuji dalam mempertahankan cintanya mulai dari proses pencapaian gelar Professor hingga proses yang dilalui untuk menjadi presiden. Sama dengan bukunya, film ini juga meghadirkan intrik, manipulasi, nepotisme yang dimainkan oleh segelintir orang untuk mencapai kekuasaan dan harta, ketika beliau Habibie menjabat sebagai Menteri Riset Dan Teknologi. Sebaliknya Ainun merupakan sosok yang mandiri dan tegar dalam menyayangi Habibie sebagai suaminya dan melindungi kedua anaknya. 

Film ini mengambil tempat di Jerman dan Indonesia, karena sebagian masa Habibie dan Ainun dihabiskan di Jerman. Ada bagian-bagian yang membuat saya terharu. Saya merasa beruntung sekali melihat film ini secara utuh tidak seperti biasa, di mana bioskop ini selalu memutar film dengan proses cutting di sana-sini. Proses mengharukan itu adalah ketika ia lengser dari kursi kepresidenan karena alasan Nepotisme dan terbawa masa rezim sebelumnya." Berpuluh-puluh tahun saya mengerjakan ini, (sambil melihat dan memegang Pesawat N 250 "Gatot Kaca" yang menjadi kebanggannya juga kebanggan bangsa Indonesia. Saya mengorbankan hampir separuh waktu saya untuk ini, di mana saya harus meninggalkan istri dan anak-anak saya, begitu sedihnya beliau dengan tangan kuat Ainun memegang Habibie. Sudahlah apa yang digariskan ya sudah merupakan ketetapannya.


Sejenak kita buka sejarah kembali. Patutkah kita sebagai bangsa ini menutup semua prestasi karena berkaitan dengan dosa-dosa beliau ?. Sedangkan begitu banyak jasa-jasa yang ditorehkan oleh beliau, lihat saja Habibie menciptakan industri yang berbasis strategis di Indonesia. PT.Dirgantara, PT. Pindad, PT. PAL, dan PT. INKA merupakan ide yang dikeluarkan oleh Habibie, (Habibie merupakan seorang teknokrat, seorang yang ahli di bidang mesin. Pada awal kariernya ia fokus pada industri dan mesin kereta di Jerman). Beliau menekankan sebagai bangsa kita harus mandiri, kita harus dapat memproduksi "buatan karya anak bangsa" yang dapat diapresiasi oleh kita dan dunia. Pantaskah kita sebagai anak bangsa menghukum beliau ketika masa reformasi itu bergulir. Dalam kutipan dan ekaspresi di film ada gambaran ketidaksenangan dari Ainun, istri Habibie ketika ia diangkat menjadi Presiden RI ke-3 begitu jelas terlihat dalam satu adegan film tersebut. "Sudah-sudah istrihat Rudi (panggilan Habibie), kamu bukan manusia super, kamu bukan manusia yang dapat mempelajari segalanya" kalau ditarik kesimpulan ya ada benarnya Ainun sudah merasa cukup apa yang dia dapat dari Habibie. Royalti seumur hidup dari Bangsa Jerman berkat teori keretakan yang diciptakan Habibie dan membuat ia dijuluki Mr Creek membuat Habibie dan Ainun secara finansial sudah cukup. Dalam pandangan pandangan saya mungkin Ainun juga berpikir bahwa Habibie adalah seorang teknokrat dan sudah sepantasnya dia menjadi teknokrat. Cerita di Film ini berakhir ketika Ainun jatuh sakit yang berujung pada kematian. Kanker Rahim stadium tiga adalah penyakit yang membawa ia sampai ke deik kematian. Dalam film ini dikisahkan bahwa Ainun pernah melakukan operasi atas penyakit ini. Namun dalam kurun waktu puluhan tahun penyakit ini tumbuh lebih ganas dan berakhir pada proses kematian. Ada hal baik yang dapat diambil dari sosok Ainun. Beliau merupakan sosok yang mandiri, dan tegas bahkan pada saat divonis kanker dengan stadium tiga sebelum Habibie tahu, dia tidak menceritakan kepada Habibie yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Negara. Petikan hikmah demi hikmah tertulis dalam puisi ini.



Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk Ainun



Semoga dengan film ini, kita sebagai bangsa dapat menghargai jasa para pahlawan pendiri, dan pendahulu bangsa ini. Bukankan bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai itu semua. Khusus Untuk istri tercinta : Saya percaya dalam hidup pasti pernah mengalami masa-masa sulit, tapi dengan seiringnya waktu dengan diiringi doa, kehadiran anak, dan harapan untuk meenciptakan keluarga yang Sakinah mawadah, dan Waromah, Insya Allah, akan indah pada waktunya. Tetap bekerja dengan cinta.

Kembali Ke : Artikel



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA