indonesaEnglish


Senin, 28 September 2015

Demografi Banten

Senin, 28 September 2015

1.  Penduduk
Anak Suku Baduy - Suku Asli Banten


Pada tahun 2006, penduduk Banten berjumlah 9.351.470 jiwa, dengan perbandingan 3.370.182 jiwa (36,04%) anak-anak, 240.742 jiwa (2,57%) lanjut usia, sisanya 5.740.546 jiwa berusia di antara 15 sampai 64 tahun. Suku Banten adalah penduduk asli di Tatar Pasundan yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten di luar Parahiyangan, Cirebon dan Jakarta. Menurut sensus BPS tahun 2000, suku Banten populasinya 2,1% dari penduduk Indonesia. Selain itu juga ada Suku Baduy yang menempati wilayah Lebak, Banten

Orang Banten menggunakan bahasa Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih dekat kepada bahasa Sunda kuna yang pada tingkatan bahasa Sunda modern dikelompokkan sebagai bahasa kasar. Perbedaan tata bahasa antara Bahasa Banten dan Bahasa Sunda dikarenakan wilayah Banten tidak pernah menjadi bagian dari Kesultanan Mataram sehingga tidak mengenal tingkatan halus dan sangat halus yang diperkenalkan oleh Mataram. Bahasa ini dilestarikan salah satunya melalui program berita Beja ti Lembur dalam bahasa Banten yang disiarkan oleh siaran televisi lokal di wilayah Banten.

Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai. Potensi, dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri Pencak silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya. Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara, dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak.

2. Ekonomi


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2005 mayoritas berasal dari sektor industri pengolahan (49,75%), diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran (17,13%), pengangkutan, dan komunikasi (8,58%), serta pertanian yang hanya 8,53%. Namun berdasarkan jumlah penyerapan tenaga kerja, industri menyerap 23,11% tenaga kerja, diikuti oleh pertanian (21,14%), perdagangan (20,84%) dan transportasi/komunikasi yang hanya 9,50%.


- Transportasi
Provinsi Banten yang berada di wilayah ujung barat Pulau Jawa memiliki posisi yang sangat strategis, dan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar baik skala lokal, regional, nasional, bahkan skala internasional. Fasilitasi terhadap pergerakan barang, dan penumpang yang dari, dan ke pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah, maupun lokal yang ada di Provinsi Banten menjadi sangat penting dalam upaya mendukung pengembangan ekonomi di wilayah Provinsi Banten.
Provinsi Banten dibagi menjadi tiga Wilayah Kerja Pembangunan yang mempunyai ikon atau ciri khas prasarana perhubungan di Provinsi Banten karena aktivitasnya yang lebih menonjol dibandingkan dengan prasarana perhubungan lainnya.
  • Wilayah Kerja I, yaitu Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang. Di dalamnya terdapat Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang merupakan gerbang masuknya barang, dan penumpang melalui transportasi udara ke Indonesia.
  • Wilayah Kerja II, yaitu Kota Cilegon, dan Kabupaten Serang. Di dalamnya terdapat pelabuhan penyeberangan Merak yang menjadi gerbang masuknya barang, dan penumpang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa.
  • Wilayah Kerja III, yaitu Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Di dalamnya terdapat Stasiun Kereta Api yang merupakan gerbang masuk barang, dan penumpang terutama dari, dan ke Jakarta.
Secara umum, sektor perhubungan dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian yaitu perhubungan darat, perhubungan laut, dan perhubungan udara. Ketiga bagian tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian di Provinsi Banten.

- Perhubungan darat

. Jalan


Hingga tahun 2006, kondisi jalan nasional sepanjang 249,246 km berada dalam kondisi baik, 214,314 km dalam kondisi sedang, dan sepanjang 26,840 dalam kondisi rusak. Kondisi jalan provinsi hingga akhir tahun 2006 dengan total panjang jalan sebesar 889,01 km berada dalam kondisi baik sebesar 203,670 km, kondisi sedang 380,020 km, dan kondisi rusak sebesar 305,320 km. Ruas jalan nasional di wilayah Provinsi Banten pada saat ini mempunyai volume lalu-lintas rata-rata sebesar 0,7 yang berarti kelancaran arus lalu-lintas terganggu karena adanya aktivitas perdagangan/pasar, pabrik/industri, pusat-pusat perbelanjaan di sepanjang jalan serta kapasitas jalan yang terbatas karena lebar badan jalan rata-rata 7 meter pada ruas jalan nasional di Banten Utara (Merak-Tangerang) dan ruas Ciputat-Batas DKI. Kinerja pelayanan jalan pada ruas jalan provinsi pada umumnya cukup baik dengan rasio volume lalu-lintas per kapasitas rata-rata sebesar 0,4. Kemacetan lalu-lintas pada umumnya bersifat lokal yang terjadi pada pusat-pusat kegiatan masyarakat.


.Terminal
Sebagai simpul transportasi, terminal berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan, dan menurunkan penumpang serta perpindahan antarmoda transportasi merupakan unsur penting dalam pelayanan pergerakan penumpang, dan barang. Terdapat 4 (empat) terminal di Provinsi Banten, yaitu Terminal Pakupatan, Terminal Porisplawad, Terminal Labuan, dan Terminal Merak.


.Angkutan umum
Orang Belanda di Muara Binuangeun, sepulang dari memancing di Pulau Tinjil (tahun 1936). Untuk melayani pergerakan penumpang, dan barang dalam wilayah Provinsi Banten, terdapat angkutan umum Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi pada saat ini masih dilayani dengan kendaraan ukuran kecil, dan dalam penyelenggaraannya masih dirasakan belum terpadu secara maksimal. Terdapat 63 trayek dengan jumlah kendaraan sebanyak 3.788 yang melayani Antar Kota Dalam Provinsi lintas Kab./Kota Tangerang. Sedangkan untuk AKDP lintas Serang, Cilegon,Pandeglang, dan Lebak dilayani dengan 66 trayek dengan jumlah kendaraan sebanyak 1.436. Untuk menjangkau kawasan-kawasan yang masih belum tersedia angkutan umum, terdapat beberapa angkutan perintis yang melayani jalur Cikeusik-Muara Binuangeun-Sp. Bayah-Cikotok-Pasir Kurai-Cibareno dengan jarak sepanjang 106 km. Angkutan perintis ini dilayani oleh 2 buah bis DAMRI ukuran sedang.


-Kereta api
Sampai dengan tahun 2005, dari total jalur rel kereta api sepanjang 305,9 kilometer, hanya 48% merupakan jalur rel yang masih beroperasi dengan rata–rata jumlah pergerakan kereta penumpang sekitar 22 kereta/hari, dan kereta barang sebanyak 16 kereta/hari. Semakin menurunnya pelayanan sarana tersebut berimplikasi terhadap kecenderungan semakin menurunnya pula pada jumlah angkutan penumpang, dan barang. Jaringan kereta api di wilayah Provinsi Banten sepanjang 305,90 km merupakan ‘single track’ yang terdiri dari lintas operasi Merak-Tanah Abang, Tangerang-Duri, Cilegon-Cigading sepanjang 141,6 km, dan lintas tidak operasi (jalur mati) Rangkasbitung-Labuan, Saketi-Bayah, dan Cigading-Anyer Kidul sepanjang 164,3 km. Dan saat ini jalur kereta mulai dari Stasiun Maja - Citeras - Rangkasbitung akan menjadi bagian dari Kereta Rel Listrik.



-Perhubungan laut
Selain Pelabuhan Merak, Di Provinsi Banten terdapat 5 (lima) pelabuhan yang terdiri dari 2 pelabuhan yang diusahakan yaitu Pelabuhan Ciwandan, dan Pelabuhan Bojonegara serta 3 (tiga) pelabuhan yang tidak diusahakan yang terdiri dari Pelabuhan Karangantu, Pelabuhan Labuan, dan Pelabuhan Bojonegara.






-Perhubungan udara
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta secara nasional merupakan bandar udara utama di Indonesia sebagai pintu gerbang masuknya barang, dan penumpang dari dalam maupun luar negeri. Di samping itu terdapat juga bandara lainnya seperti Bandar Udara Pondok Cabe di Tangerang Selatan, Bandara Budiarto di Tangerang, dan Bandara Gorda yang ada di Kabupaten Serang. Bandar Udara Pondok Cabe merupakan bandara untuk kegiatan general aviation, Bandara Budiarto merupakan bandara yang digunakan untuk pelatihan kegiatan penerbangan. Sementara Bandara Gorda digunakan sebagai bandara militer.

Kota Mandiri

























Banten terutama di kota Tangerang dan Tangerang Selatan tumbuh dan berkembang sebagai kota industri dan mandiri, layaknya daerah penyangga dari Jakarta seperti Bekasi, Depok, dan Bogor. Di Banten tumbuh deretan kota industri dan mandiri seperti :
- Bumi Serpong Damai yang dikelola oleh pengembang SinarMas
- Alam Sutera
- Sumarecon Serpong
- Lippo Village Karawchi yang dikelola oleh pengembang Group Lippo
- Sebagian dari Wilayah Bintaro Jaya dan Puri Indah
- Pamulang dan Villa Dago


Pada umumnya wilayah kota mandiri berada di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Di wilayah ini juga tumbuh Mall – Mall Terbaik yang siap bersaing dengan Mall – Mall lainnya di Indonesia. Sebut saja AEON Mall. Salah satu Mall Jepang ini membuka cabangnya di Indonesia. Ada Jug Mall At Alam Sutera, Living World, FX Bintaro, Lippo Supermall, hingga Sumarecon Serpong semuanya ada di Tangerang yang merupakan wilayah perbatasan antara Banten dan Jakarta

Industri Banten


Industri Baja, PT. Krakatau merupakan salah satu yang terbesar menyumbang Pendapatan Daerah bagi Propinsi ini. Industi milik BUMN bukan hanya berkembang dalam pengelolaan baja tetapi juga mengolah air minum oleh salah satu anak perusahaannya PT. Krakatau Tirta Sari. Industri di Banten juga merupakan tempat tampungan bagi Industri yang mendukung arus keluar masuk barang dari kota Jakarta




3. Sejarah

Banten atau dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka, dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947, dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja Purnawarman. Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan Kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Bantam menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Bantam adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk. Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan dirampasnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf mengklaim sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja sementara di sisi lain para Kandaga Lante dari Kerajaan Pajajaran secara resmi menyerahkan seluruh atribut dan perangkat kerajaan beserta abdi kepada Kerajaan Sumedang Larang untuk meneruskan kelanjutan Kerajaan Sunda atau Pajajaran yang merupakan trah Siliwangi. Dengan dihancurkannya Pajajaran maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan Sunda. 
Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut: "From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region."

Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Bantam merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Bantam terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata, dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan, dan kesenian rakyat, dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan, dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung.

Pada awal abad ke-17 Masehi, Bantam merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan, dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Bantam untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Bantam. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Bantam, dan disusul oleh orang Belanda.Selain itu, orang-orang Perancis, dan Denmark pun pernah datang diBantam. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Bantam (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Bantam. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Bantam (1684) akibat tindakan orang Belanda. Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi, dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon. 

4. Pendidikan

Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Universitas Terbuka Pondok Cabe
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin


Perguruan Tinggi Kedinasan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Akademi Meteorologi dan Geofisika


Perguruan Tinggi Swasta
Universitas Serang Raya, Serang, Banten
Institut Teknologi Indonesia, Serpong, Tangerang Selatan
Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang
Universitas Gunadarma, Kampus K, Karawaci, Tangerang
Universitas Pamulang, Pamulang,Tangerang Selatan
Universitas Multimedia Nusantara, Summarecon Serpong, Tangerang
Surya University, Summarecon Serpong, Tangerang
Universitas Bina Nusantara Kampus Alam Sutera
Universitas Pembangunan Jaya
Universitas Teknologi Nusantara Cilegon
Universitas Swiss German Serpong
Universitas Pamulang
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
Universitas Muhammadiyah Jakarta,Jl KH Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat Banten
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Universitas Pramita Indonesia
Universitas Mathla'ul Anwar Banten
Universitas Banten Jaya Serang, Banten
Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya, Bumi Serpong Damai
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa Banten (STIE Bina Bangsa Banten)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Yuppentek Tangerang
STIA Maulana Yusuf Banten
STAKAD
STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
Bina Sarana Informatika
Perguruan Tinggi Raharja Tangerang
Politeknik Piksi Input Serang
Politeknik Krakatau
Institut Ilmu Al Qur`an
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qalam
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Surya, Gading Serpong
Sekolah Tinggi Agama Cahaya Madani Boarding School
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten (Pandeglang)


   
Kabupaten dan Kota

Provinsi Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4 kotamadya. Berikut adalah daftar kabupaten, dan kotamadya di Banten, beserta ibu kota.

No.
Kabupaten/Kota
Pusat pemerintahan
1
Kabupaten Lebak
Rangkasbitung
2
Kabupaten Pandeglang
Pandeglang
3
Kabupaten Serang
Ciruas
4
Kabupaten Tangerang
Tigaraksa
5
Kota Cilegon
Merak
6
Kota Serang
Anyer
7
Kota Tangerang
-
8
Kota Tangerang Selatan
Pamulang






Catatan:
  • Kabupaten Tangerang sebelumnya beribu kota di Kota Tangerang.
  • Badan Pengkajian, dan Penerapan Teknologi (BPPT) merekomendasikan Kecamatan Ciruas sebagai lokasi Puspemkab Kabupaten Serang.
  • Kota Cilegon dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 10 April 1999 dari wilayah Kabupaten Serang. Cilegon sebelumnya adalah kota administratif.
  • Kota Tangerang dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 27 Februari 1993 dari wilayah Kabupaten Tangerang. Tangerang sebelumnya adalah kota administratif.
  • Kota Tangerang Selatan dibentuk sebagai kota otonom pada tanggal 29 Oktober 2008 dari wilayah Kabupaten Tangerang. Sebelumnya adalah Kota Cipasera

Daerah-daerah penting lain
Terdapat beberapa daerah penting lain di Banten selain yang berstatus tidak sebagai kota otonom:
  • Anyer, Kabupaten Serang
  • Balaraja, Kabupaten Tangerang
  • Bojonegara, Kabupaten Serang
  • Karawaci Kota Tangerang
  • Labuan, Kabupaten Pandeglang
  • Merak, Kota Cilegon
  • Pamulang Kota Tangerang Selatan
  • Serpong, Kota Tangerang Selatan























ENSIKLOPEDI LAINNYA



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA