indonesaEnglish


Jumat, 12 Februari 2016

Berkunjung Ke Kota Tetangga Ponorogo

Jumat, 12 Februari 2016

“ Kedatangan kami ke kota ini, mengingatkan akan budaya Reog yang melekat pada kota ini”
Penulis




CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR

Minggu pagi, 2 November 2014, sekitar jam 10, kami bersiap untuk melakukan perjalanan ke kota ini. Ponorogo letaknya tidak jauh dari Kota Madiun. Selain Kabupaten Madiun, Magetan Ngawi, Nganjuk, Pacitan dan Kota Madiun, kota ini masih dalam satu lingkup Karesidenan Madiun. Hal ini dapat dilihat dari Plat Mobil yang ber-inisial AE yang dikeluarkan oleh Kantor Samsat setempat. Ponorogo dikenal sebagai Kota Reog. Bisa dikatakan seni Reog berasal dari kebudayaan asal Ponorogo. Banyaknya Patung dengan tema cerita Seni Reog menambah identitas kota ini sebagai gudangnya seniman Reog.  Jika Negara Tetangga meng-klaim bahwa Seni Reog adalah seni asal Malaysia, pada mulanya banyak Tenaga Kerja Indonesia asal Ponorogo yang mengembangkan Seni Reog di negara ini.



Selain itu Ponorogo terkenal sebagai daerah penghasil TKI terbesar di Indonesia. Ponorogo merupakan daerah terbesar pengekspor Tenaga Kerja Indonesia. Pahlawan Devisa ini banyak ditemukan di daerah Ponorogo. Tak heran harga tanah cukup mahal di Ponorogo. Bahkan ada satu daerah yang terkenal sebagai kampung TKI dengan bangunan rumah yang cukup mewah. Perjalanan kami dari Madiun ke Kota Ponorogo sekitar 45 menit dengan jarak 25 Km dari kota Madiun. Perjalanan ini sengaja kami lakukan di pagi hari dengan berkendara sepeda motor. Kami ingin menumbuhkan suasana hangat yang tercipta sebagai pasangan Suami-Istri. Terlebih kami Belum dikaruniai Buah Hati, jadi perjalanan hanya kami lakukan berdua. Sepanjang jalan kami melewati beberapa daerah seperti Dolopo dan Ngebel. Ngebel adalah sebuah danau alam yang terdapat di kawah Gunung Willis.                  
                
                    
Selamat Datang di Ponorogo ...
Sampai di Kota Ponorogo, pandangan tertuju pada patung selamat datang Khas Reog Ponorogo. Maklum kota ini selain terkenal sebagai Kota Reog, juga terkenal sebagai Kota 1000 Patung. Banyak patung yang berdiri di perempatan jalan kota ini. Sampai disana tidak lupa kami melakukan lunch di Gang Sate, disekitar daerah Rumah Makan Citra Sari. Sate Ponorogo cukup dikenal bagi orang Indonesia. Sate berbumbu kacang yang khas ini merupakan makanan wajib yang harus dinikmati ketika anda berkunjung ke kota ini. Maka dari itu sebutan lain sebagai Kota Sate melekat pada Kota Ponorogo. Konon ceritanya “menurut versi Tukang Sate dimana saya makan” Ketika melakukan mudik ke Pacitan (daerah asal Presiden RI Ke-VI ), Presiden RI Ke-VI “Susilo Bambang Yudhoyono beserta keluarga” sering menikmati sajian di Kampung Sate Khas Ponorogo. Salah satu Warung Sate Ponorogo yang terkenal adalah milik H. Tukri Sobikhun. Biasa menyediakan pesanan sate dalam jumlah besar. Jika ada event skala Nasional maupun Internasional. Warung sate disekitar warung  milik H. Tukri Sobikhun ini saling berkoordinasi untuk menyajikan penyajian Sate dalam event tertentu. Disebut Kampung Sate karena pencetus pertamanya H. Tukri Sobikhun menginspirasi kepada penduduk sekitar untuk membuka warung sate serupa di daerah itu. Letaknya berbeda dari tempat kami makan. Kampung Sate terletak ketika anda masuk ke Kota Ponorogo.




Lunch telah selesai kami lakukan, perjalanan kami lanjutkan untuk melihat salah satu Mall Baru di kota ini. Namanya PCC Ponorogo City Centre” . Mall yang dibangun oleh Bliss Group ini, menghadirkan Mall dengan standard kelas menengah. Mall ini terintegrasi dengan Hotel Amaris milik Santika Group yang terletak di lantai paling atas. Jika ditanya tenant anchor yang dihadirkan di Sun City Festival – Madiun dengan Ponorogo City Center hampir sama. Hanya saja Lotus sebagai Departemen Store yang ada di PCC lebih lengkap dari Sun City Festival Madiun. Di sini terdapat Hypermarket untuk Supermarket, Lotus untuk Departemen Store, Electronic Solution, rencana bioskop Cinemax dan beberapa penyewa lainnya. Mall ini sering mengadakan event. Seperti kedatangan penyanyi juara X-Factor 2012 Fathin Shiddgia Lubis dan event lainnya. Hari itu tampak deretan motor modifikasi sedang melakukan perlombaan di mall ini.

Sampai Jumpa Lagi ...
Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 saatnya kami kembali. Setelah lebih dari tiga jam kami berkeliling di Mall ini, kami melanjutkan perjalanan kembali. Saatnya kami pulang. Sebelum pulang, kami menyempatkan menikmati sajian makan di Joglo Manis. Sebuah Rumah Makan tempo doeloe yang menyajikan masakan khas Indonesia. Ada pululan jenis makanan yang disajikan oleh rumah makan ini, beserta oleh-olehnya. Akhirnya kami memilih makanan Kepiting Asam Manis sebagai penutup perjalanan kami di Kota Ini. Sampai Jumpa Lagi Ponorogo….. !







Foto :
Nokia Lumia 520 - Google Search
Kembali Ke :  ARTIKEL




Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA